Kamis, 09 Juli 2009

FB dan SMS, Bibit Selingkuh?

Senin, 6 Juli 2009 | 09:54 WIB

KOMPAS.com — Facebook (FB) dan SMS sudah bukan barang asing di negeri tercinta ini. Teman, sahabat, mantan kekasih, ”kecengan” masa remaja yang sudah puluhan tahun berlalu tidak bertemu dan tidak bersapa tiba-tiba datang di depan mata tanpa jarak. Kita bisa bercengkerama, berhalo-halo, bernostalgia, berbagi pengalaman, curhat, tanpa dibatasi ruang dan waktu lagi. Banyak sisi positif yang bisa kita raih, banyak pula sisi negatif yang bisa berpengaruh, bahkan banyak pula kejadian fatal yang bisa diakibatkannya.

Sisi positif antara lain:

- Tali silaturahim yang pernah terbina pada masa lalu nyambung kembali. Banyak hal yang akan diceritakan dan didiskusikan, bahkan ditertawakan dengan ceria. Cerita-cerita lama yang lucu akan muncul kembali, menambah keceriaan pertemuan di alam maya.

- Hambatan dalam berkomunikasi dengan cara berhadapan dengan sendirinya bisa diciptakan tanpa kesulitan. Komunikasi tertulis tanpa memandang orang yang diajak berkomunikasi memang membuka peluang bagi seseorang untuk lebih lancar dan mengalir.


Hal positif lain sebagai akibatnya adalah bahwa komunikasi alam maya menjadi tempat berlatih menyusun kalimat dengan baik dan bahkan tempat berlatih merayu tanpa harus menanggung rasa malu.


- Ungkapan-ungkapan bebas mengalir tanpa hambatan dan diwarnai oleh rayuan-rayuan kecil, terutama bila pada masa lalu pernah terjadi hubungan yang agak istimewa atau salah satu dari yang berkomunikasi pada dasarnya tertarik dengan lawan berkomunikasinya. Bahkan, pada pasangan alam maya yang baru dikenal pun mungkin saja berkembang ke arah komunikasi tertulis yang diselingi rayuan-rayuan pula. Bagi orang yang pada dasarnya kurang mampu bergaul, melalui FB bisa mendapat kesempatan mendapatkan kenalan baru.


Kasus 1:

”Ibu, sudah dua tahun ini saya merasa tidak berdaya, merasa hampa, enggan melakukan apa pun, malas, tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari hidup ini. Kadang tersirat keinginan untuk mati saja, rasanya hidup saya tidak berharga lagi. Saya merasa teman-teman hanya mengambil manfaat atas hidup saya, dan tidak satu teman pun yang betul-betul mengerti saya.


Walaupun umur saya sudah 30 tahun, saya tidak pernah berniat untuk mencari pacar dari dunia maya, tetapi orang ini terus-menerus menghubungi saya sehingga lama-lama saya jadi terbiasa setiap hari sekitar satu-dua jam berkomunikasi melalui FB dan akhirnya juga menggunakan SMS. Lama-kelamaan saya merasa nyaman punya teman yang setiap pulang kantor dapat dihubungi. Segala hal yang saya alami dalam satu hari saya ceritakan, begitu pula halnya dengan X.


Saya merasa cocok, dan rupanya dia juga merasa cocok, lama-lama komunikasi berkembang dan diisi dengan saling merayu dan memuji cara saya berkomunikasi dan sesekali mengatakan bahwa saya tampak cantik di foto yang ada di FB. Saya memberi tahu X mengenai ciri fisik saya, dan katanya tinggi badan dia hanya berbeda 2 cm dari diri saya. Perasaan saya waktu itu benar-benar penuh dan saya merasa hidup terasa berarti dan penuh.


Pada suatu hari Minggu kita sepakat bertemu di sebuah restoran. Pada awal pertemuan, dia mengamati saya dari ujung kaki sampai ujung rambut dan berkomentar, ’Saya kira kamu tidak setinggi ini....’ Memang kecuali tinggi badan saya lebih dari kebanyakan tinggi badan perempuan lain, badan saya pun tampak besar, sementara walaupun hanya beda 2 cm, karena badan X agak ramping, jadi saya terlihat jauh lebih tinggi. Kami memesan makanan, tapi terus terang saya agak kecewa karena ternyata X agak pendiam sehingga relasi kami terasa kaku.


Setelah pesanan makanan kami habiskan, X langsung pamitan, dengan alasan ada janji di kotanya dengan seorang teman. Ibu, saya sangat terkejut ketika seminggu kemudian X mengubah statusnya yang tadinya single menjadi in-relationship. Satu bulan kemudian X menikah dan mengakhiri hubungan dengan saya.


Saya benar-benar sedih, merasa kehilangan teman bicara dan kehilangan seseorang yang selama enam bulan terakhir mengisi hati saya. Sejak itu sering saya menangis sendiri, bahkan tanpa terasa air mata sering berlinang. Ibu, saya patah hati, saya sedih dan saya merasa kehidupan ini tidak berarti lagi...,” demikian K (30 tahun).


Kasus 2:

”Ibu, istri saya selingkuh, saya tidak mau memaafkannya, saya benar-benar mau cerai dengannya. Saya perhatikan beberapa bulan terakhir ini ia selalu sibuk dengan laptopnya, katanya dia berhubungan dengan bekas teman-teman sekelasnya saat di SMA.


Tadinya saya pikir biasa saja dan saya tidak curiga sama sekali, tetapi pagi tadi saya lihat dia men-charge ponselnya, ketika saya keluar dari kamar mandi, dia cepat-cepat mencabut charger-nya dan berusaha menyembunyikan ponselnya di kantong daster yang dia pakai. Melihat gelagatnya yang gugup, saya jadi curiga dan minta ponsel yang dia pegang, tapi dia tidak memberikan, bahkan membawanya keluar. Saya tambah curiga dan saya berusaha merebutnya. Tentu saja tenaga saya lebih kuat, serentak saya buka isi ponselnya mengerikan, I love u, I miss you, dsb.
Saya penasaran dan saya buka inbox-nya, ternyata ada perjanjian ketemu di satu mal. Setelah saya tanya beberapa kali, baru dia mengaku bahwa mereka sudah tiga kali bertemu. Rupanya lelaki yang sebenarnya sudah menikah itu naksir istri saya saat masih di SMA, tetapi tidak cukup percaya diri untuk melakukan pendekatan karena banyak lelaki lain yang berminat dengan istri saya.

Kami sebenarnya sudah 24 tahun menikah dan punya dua anak yang sudah cukup dewasa, tapi saya tidak mau melanjutkan perkawinan saya. Anak-anak sudah dewasa. Kalau saya ceritakan bahwa ibunya selingkuh, pasti mereka memahami kalau saya mau menceraikan ibunya...,” demikian L (53 tahun).

Analisis:

Dua kasus di atas adalah contoh konkret dari banyak kasus oleh ekses penggunaan FB dan SMS yang sangat tidak kita inginkan. K menderita depresi yang membutuhkan bantuan psikologik berlanjut dan keluarga L menjadi rentan terhadap perceraian akibat penyalahgunaan FB dan SMS, dengan dua anak kandung yang juga nyaris menjadi korban perceraian kedua orangtuanya. Jadi rupanya hal yang harus kita sadari adalah bahwa alat komunikasi canggih baru akan terasa kecanggihannya bila kita mampu memanfaatkannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan terkendali.

9 Kesalahan Saat Kencan Pertama

Selasa, 7 Juli 2009 | 11:40 WIB

KOMPAS.com - Akhirnya, setelah usaha tarik-ulur yang alot dan cukup lama, Anda dan dia sepakat untuk pergi kencan. Wah, kencan pertama, nih. Awal sejarah hubungan antara Anda dan dia. Jika Anda dan dia dicomblangi, sih, mungkin bukan hal yang besar jika ternyata kencan tak sesuai dengan yang diharapkan. Namun, jika teman kencan Anda orang yang benar-benar Anda sukai, pasti Anda ingin segalanya berjalan lancar, kan?

Nah, untuk memastikan akan ada kencan kedua dan selanjutnya, hindarilah kesalahan-kesalahan yang sering terjadi saat kencan pertama. Berikut di antaranya:
1. Datang terlambat

Bahkan terlambat 5 menit saja sudah sangat memengaruhi imej Anda pada sang teman kencan. Untuk bisa pergi bersama Anda saja sudah merupakan hal yang menegangkan buat dia (untuk Anda juga, kan?). Jadi, bayangkan rasa deg-degan itu harus diperparah dengan Anda datang terlambat. Pikirannya pasti sudah melayang ke mana-mana, apalagi Anda tak memberi kabar sebelumnya.

2. Saltum

Pastikan Anda dan si dia tahu arah kencan ini. Supaya kencan berjalan mulus dan tak saling bertanya, “Kamu mau ke mana?” Karena kompromi yang saling dipaksakan, akhirnya Anda malah pergi ke tempat yang membosankan. Mengetahui lokasi kencan juga berguna agar Anda bisa menentukan apa yang harus dikenakan. Bayangkan, Anda mengenakan sepatu hak tinggi, padahal si dia mengajak Anda ke Kebon Binatang Ragunan, yang notabene membuat Anda harus berjalan jauh. Begitu pula sebaliknya, ketika Anda mengenakan sepatu sandal santai, tiba-tiba si dia mengajak ke sebuah acara formal.

3. Jauhi pembicaraan seputar "keyakinan"

Bukan hanya masalah keyakinan dalam hal agama, tapi juga dalam hal lain. Misalkan "keyakinan" dalam bidang politik, musik, aliran film, atau lainnya. Mengapa? Ketika Anda dan dia mengetahui bahwa masing-masing memegang sisi yang berbeda, kencan Anda bisa-bisa berujung kepada debat kusir. Memang menyenangkan untuk bisa bertukar pikiran dan pendapat dengan orang yang Anda sukai. Namun, bukankah lebih baik Anda dan dia mencapai level kenyamanan dulu sebelum bertarung dan berdebat?

4. Awas, mata keranjang

Tentunya, sekarang ini bukan hanya pria yang punya kebiasaan mata jelalatan. Anda yang sudah sekian lama jomblo, pasti punya "radar" untuk melirik cowok-cowok tampan berbadan tegap. Hindari hal-hal semacam ini. Begitu pula Anda, ketika melihat si dia yang baru pertama kali kencan dengan Anda mulai mencuri-curi pandang ke wanita seksi di meja seberang, hal ini bisa menjadi pertanda Anda sebaiknya mulai mencari pria lain.

5. Mengajak teman

Oke, mungkin Anda baru kenal orang ini, tapi bukan berarti Anda bisa mengajak teman untuk menemani Anda berkencan, kan? Membawa teman saat kencan akan membuat Anda terlihat kekanak-kanakan dan insecure. Jadi, di saat Anda akan membuat janji untuk berkencan, Anda bisa tanyakan, “Hanya kita berdua, kan?” Untuk memastikan bahwa si dia pun tak akan membawa teman.

6. Terlalu agresif

Kendalikan emosi Anda. Memang, ini adalah kencan pertama, dan Anda merasa begitu excited. Namun usahakan jangan terlalu berlebihan menunjukkannya. Misalnya dengan menyentuh dia pada bagian-bagian tertentu di depan umum atau duduk terlalu berdekatan. Hal ini untuk memastikan Anda tidak memberikan kesan sebagai wanita nakal.

7. Kurang agresif

Tujuan utama dua insan berkencan adalah untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Maka, usahakan Anda dan dia saling membuka diri. Jangan hanya berdiam diri dan mengharap si dia akan mulai berbicara terus-menerus. Ketika Anda diam saja dan tak banyak merespons, si dia pun akan berpikir ada yang salah dengan dirinya.

8. Membatalkan di menit-menit terakhir

Membatalkan kencan karena ada suatu kejadian luar biasa dan tak bisa ditoleransi adalah alasan yang masih bisa diterima. Namun, ketika Anda membatalkan kencan di menit-menit menjelang pertemuan sangat tidak disarankan. Karena di jam-jam tersebut persiapan kencan sudah dimulai. Apalagi ketika Anda memutuskan tidak datang tanpa memberi kabar apa pun. Wah, hal seperti ini sangat kejam. Anda tak hanya membuang waktu dia untuk menunggu Anda, tetapi juga mempermalukan dan melukai harga dirinya.

9. Menguasai pembicaraan

Cobalah untuk mengambil napas setelah mengucapkan satu kalimat. Berikan kesempatan teman kencan Anda untuk bicara dan mengutarakan pendapatnya. Selain itu, kecuali si dia meminta Anda untuk memesankan makanan untuknya, jangan melakukan hal tersebut untuknya.

Ilmuwan Berhasil Ciptakan Sperma Buatan

Kamis, 9 Juli 2009 | 10:58 WIB
KOMPAS.com — Pesatnya penelitian sel punca memasuki babak baru. Ilmuwan asal Inggris mengklaim berhasil menciptakan sperma manusia dari sel punca embrionik (embryonic stem cells) yang pertama di dunia. Lewat temuan ini diharapkan bisa membantu pria infertil untuk memiliki anak biologis.


Lewat penelitian selama 10 tahun, para ilmuwan mengembangkan pengetahuan dasar bagaimana sperma berkembang untuk mendesain terapi yang memungkinkan pria kurang subur bisa memiliki anak. Hal tersebut diungkapkan peneliti Karim Nayernia dari Universitas Newcastel, Inggris, yang sebelumnya berhasil menghasilkan bayi tikus dari sperma buatan dengan teknik serupa.


Hasil riset gabungan antara ilmuwan dari Newcastle dan the NorthEast England Stem Cell Institute tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Stem Cells and Development.


Sejauh ini sel punca merupakan hasil riset dasar bidang biologi yang membawa terobosan besar di bidang kedokteran. Sel punca adalah sel terdiferensiaasi yang bisa memperbanyak diri untuk menghasilkan sel punca lain.

Secara teoritis sel punca bisa menjadi beragam sel dalam tubuh, seperti sel jantung, sel otak, pankreas, atau pembuluh darah.

Masih ragu

Beberapa ahli lain menyatakan belum yakin dengan sel sperma ciptaan Nayernia dan timnya. Menurut para pengkritik, sel sperma yang diciptakan tersebut abnormal.

"Dari paper Profesor Nayernia yang saya baca, saya tidak yakin sperma yang berasal dari sel punca embrionik itu bisa akurat disebut sebagai spermatozoa," kata Allan Pacey, dosen senior dalam bidang andrologi dari Universitas Sheffield, Inggris.

Dalam pernyataannya, Pacey mengungkapkan, sperma ciptaan Nayernia tersebut tidak punya ukuran, bentuk, gerakan, serta fungsi seperti sperma asli.

Senada dengan Pacey, Azim Surani, profesor bidang physiologi dan reproduksi dari Universitas Cambridge mengatakan bahwa sperma yang diciptakan tim ahli dari Newcastle tersebut masih jauh dari sel sperma yang sebenarnya.

Meski Nayernia mengatakan sel sperma ciptaannya menunjukkan semua karateristik sperma, tetapi para kritikus mengatakan ciptaan itu hanya membuka cakrawala baru dalam penelitian yang sifatnya masih dini dan belum bisa dipakai untuk membuahi sel telur.

Menurut Nayernia, saat ini hukum pemerintah Inggris masih melarang diciptakannya embrio dari hasil sperma buatan laboratorium. Padahal, menurutnya, alasan utama pembuatan sperma ini adalah untuk mencari tahu penyebab infertilitas, bukan untuk membuahi sel telur.

Pihaknya berharap ada pelonggaran hukum untuk mengijinkan para ilmuwan mencoba sel sperma ini agar bisa menghasilkan terapi yang efektif untuk mengobati infertilitas.

Terima Kasih